HI Ruri. Is it that you are the one I saw you in 2005 when I came to
Batam and went to Galang with you and Taufik. Roberto was the driver? I will go
there on this February 26-27. I need some here for information and I do want to
invite you to coffee shop…. If you are that Ruri! Hihi….
Begitulah bunyi sebuah broken english message di whatsapp saya
pada medio Februari 2016 lalu. Saat itu saya baru saja bangun dan melakukan
salah satu kebiasaan buruk saya, yakni langsung mencari dan membuka ponsel begitu membuka mata. Hehehehe….
Mengingat otak saya belum bisa
diajak berpikir pagi-pagi, maka saya hanya membaca pesan singkat tersebut. Lalu
kembali memejamkan mata. Tiba-tiba saya kembali membuka mata dan mencari ponsel
saya. Wait….
Astagaaaaa….. ini kan mantan
pengungsi Vietnam yang dulu saya temui sewaktu saya masih bekerja sebagai
jurnalis di Batam. Saya saja sudah lupa namanya saking lamanya kami tak pernah
bertemu. Lebih dari 10 tahun lalu. Tapi hebat sekali dia masih ingat nama saya. Lebih hebat lagi, dia ingat dua teman saya yang ikut mengantar pergi ke Galang, Taufik dan Robert. Ckckckckck....
Saya cepat-cepat membalas message-nya dan mengiyakan
pertanyaannya, kalau saya memang benar Ruri yang dia temui lebih dari 10 tahun lalu di
Batam. Tapi, bagaimana dia masih menyimpan nomor ponsel saya setelah sekian
lama? FYI, saya memang tak pernah ganti nomor ponsel sejak lebih dari 10 tahun
lalu.
“Saya tidak menyimpan nomor kamu
juga. Saya mencarimu lewat google…,”
katanya masih dalam broken English.
Hah? Nomor ponsel saya bisa dicari lewat google? Buset, bagaimana
caranya? Saya kebingungan sendiri.
“Saya hanya mengetik kalimat, “ruri
journalist”, dari situ ada beberapa tulisan kamu dan ada nomor ponsel tertera
di sana," sambungnya lagi.
Hah? Saya masih kaget dan mencoba meng-google diri saya sendiri. Benar saja, karena saya dulu aktif nge-blog dan mengikuti berbagai mailing list, ternyata nomor ponsel saya
tertera di google. Buset deh. Untung tak banyak orang yang
mengetik kalimat ruri journalist di
google, jadi ponsel saya tak tersebar kemana-mana. Atau malah nomor ponsel ini sudah
tersebar kemana-mana ya? Hahahahaha!
Berapa lama ya waktu yang dia
butuhkan untuk mencari saya? Apakah memang tidak ada ruri journalist lain di mesin pencari google?
“Saya langsung menemukanmu kok.
Tak butuh waktu lama untuk menemukan ruri
journalist di google,” katanya
lagi.
Saya pun tak bisa menghapus data
itu dari google. Ada istilah yang sudah
populer di internet, once you put it on
the internet, it will be there forever. Ya sudahlah…
Baiklah. Sisi positifnya, saya senang
kembali bertemu dengan teman lama, yang ternyata bernama Mr. Luu Tai Long ini,
atau akrab dipanggil Long. Apalagi beberapa hari sebelumnya saya sempat
berpikir mengenai teman saya yang satu ini, karena saya berencana backpacker-an ke Vietnam dalam waktu
dekat, kan lumayan kalau punya teman
di sana. Banyak teman banyak rezeki, dong!
Ajaibnya, dia malah menghubungi saya terlebih dulu. Kami seperti punya
telepati, halah!
“Saya sudah add nama kamu di facebook,
tapi belum kamu approved,” katanya
lagi.
Saya cepat-cepat membuka facebook, dan benar saja ada nama Luu
Tai Long di sana. Ya maklum saja belum saya approved,
lha saya saja sudah lupa namanya. Maaf yakkk….
Long ternyata membutuhkan
informasi mengenai sepeda motor dan kendaraan yang bisa disewanya selama di Batam. Ok, saya
menghubungi beberapa teman saya untuk membantunya dan dia pun berhasil
menemukan apa yang dia cari.
Long adalah salah satu mantan
pengungsi di bekas camp Vietnam di
Pulau Galang, Batam. Jika pengungsi-pengungsi lain berhasil pindah ke negara
ketiga, seperti Amerika Serikat, Australia, dan berbagai negara lainnya, Long
tidak berhasil melakukannya. Entah mengapa. Dia dipaksa kembali ke Vietnam
karena camp pengungsi Galang hendak
ditutup selamanya pada 1996 lalu.
Mungkin kehidupan setelah kembali
ke Vietnam tak mudah bagi Long. Apapun itu, dia sepertinya berhasil memetik
hikmah di kehidupannya yang sulit sebagai mantan pengungsi. Kini dia aktif mengorganisir
teman-temannya sesama mantan pengungsi yang ingin melihat kembali seperti apa camp pengungsian di Galang kini.
Saya pun jadi ikut sibuk,
mencarikan vendor bus di Batam yang
sesuai dengan budget dan mampu
menampung para eks pengungsi itu selama berkeliling di Batam. Saya jadi ikut
bersyukur karena kondisi Long sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan
ketika saya bertemu dengannya lebih dari 10 tahun lalu. Semangat, Long!!!!(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar