Minggu, 24 April 2016

Google: Ruri Journalist



HI Ruri. Is it that you are the one I saw you in 2005 when I came to Batam and went to Galang with you and Taufik. Roberto was the driver? I will go there on this February 26-27. I need some here for information and I do want to invite you to coffee shop…. If you are that Ruri! Hihi….
Begitulah bunyi sebuah broken english message di whatsapp saya pada medio Februari 2016 lalu. Saat itu saya baru saja bangun dan melakukan salah satu kebiasaan buruk saya, yakni langsung mencari dan membuka ponsel begitu membuka mata. Hehehehe….
Mengingat otak saya belum bisa diajak berpikir pagi-pagi, maka saya hanya membaca pesan singkat tersebut. Lalu kembali memejamkan mata. Tiba-tiba saya kembali membuka mata dan mencari ponsel saya. Wait….
Astagaaaaa….. ini kan mantan pengungsi Vietnam yang dulu saya temui sewaktu saya masih bekerja sebagai jurnalis di Batam. Saya saja sudah lupa namanya saking lamanya kami tak pernah bertemu. Lebih dari 10 tahun lalu. Tapi hebat sekali dia masih ingat nama saya. Lebih hebat lagi, dia ingat dua teman saya yang ikut mengantar pergi ke Galang, Taufik dan Robert. Ckckckckck....
Saya cepat-cepat membalas message-nya dan mengiyakan pertanyaannya, kalau saya memang benar Ruri yang dia temui lebih dari 10 tahun lalu di Batam. Tapi, bagaimana dia masih menyimpan nomor ponsel saya setelah sekian lama? FYI, saya memang tak pernah ganti nomor ponsel sejak lebih dari 10 tahun lalu.
“Saya tidak menyimpan nomor kamu juga. Saya mencarimu lewat google…,” katanya masih dalam broken English.
Hah? Nomor ponsel saya bisa dicari lewat google? Buset, bagaimana caranya? Saya kebingungan sendiri.
“Saya hanya mengetik kalimat, “ruri journalist”, dari situ ada beberapa tulisan kamu dan ada nomor ponsel tertera di sana," sambungnya lagi.
Hah? Saya masih kaget dan mencoba meng-google diri saya sendiri. Benar saja, karena saya dulu aktif nge-blog dan mengikuti berbagai mailing list, ternyata nomor ponsel saya tertera di google. Buset deh. Untung tak banyak orang yang mengetik kalimat ruri journalist di google, jadi ponsel saya tak tersebar kemana-mana. Atau malah nomor ponsel ini sudah tersebar kemana-mana ya? Hahahahaha!
Berapa lama ya waktu yang dia butuhkan untuk mencari saya? Apakah memang tidak ada ruri journalist lain di mesin pencari google?
“Saya langsung menemukanmu kok. Tak butuh waktu lama untuk menemukan ruri journalist di google,” katanya lagi.
Saya pun tak bisa menghapus data itu dari google. Ada istilah yang sudah populer di internet, once you put it on the internet, it will be there forever. Ya sudahlah…
Baiklah. Sisi positifnya, saya senang kembali bertemu dengan teman lama, yang ternyata bernama Mr. Luu Tai Long ini, atau akrab dipanggil Long. Apalagi beberapa hari sebelumnya saya sempat berpikir mengenai teman saya yang satu ini, karena saya berencana backpacker-an ke Vietnam dalam waktu dekat, kan lumayan kalau punya teman di sana. Banyak teman banyak rezeki, dong! Ajaibnya, dia malah menghubungi saya terlebih dulu. Kami seperti punya telepati, halah!
“Saya sudah add nama kamu di facebook, tapi belum kamu approved,” katanya lagi.
Saya cepat-cepat membuka facebook, dan benar saja ada nama Luu Tai Long di sana. Ya maklum saja belum saya approved, lha saya saja sudah lupa namanya. Maaf yakkk….
Long ternyata membutuhkan informasi mengenai sepeda motor dan kendaraan yang bisa disewanya selama di Batam. Ok, saya menghubungi beberapa teman saya untuk membantunya dan dia pun berhasil menemukan apa yang dia cari.
Long adalah salah satu mantan pengungsi di bekas camp Vietnam di Pulau Galang, Batam. Jika pengungsi-pengungsi lain berhasil pindah ke negara ketiga, seperti Amerika Serikat, Australia, dan berbagai negara lainnya, Long tidak berhasil melakukannya. Entah mengapa. Dia dipaksa kembali ke Vietnam karena camp pengungsi Galang hendak ditutup selamanya pada 1996 lalu.
Mungkin kehidupan setelah kembali ke Vietnam tak mudah bagi Long. Apapun itu, dia sepertinya berhasil memetik hikmah di kehidupannya yang sulit sebagai mantan pengungsi. Kini dia aktif mengorganisir teman-temannya sesama mantan pengungsi yang ingin melihat kembali seperti apa camp pengungsian di Galang kini.
Saya pun jadi ikut sibuk, mencarikan vendor bus di Batam yang sesuai dengan budget dan mampu menampung para eks pengungsi itu selama berkeliling di Batam. Saya jadi ikut bersyukur karena kondisi Long sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan ketika saya bertemu dengannya lebih dari 10 tahun lalu. Semangat, Long!!!!(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar