Kamis, 03 Maret 2016

Wortel, Telur, atau Kopi?

MASALAH kerap menghampiri kita secara bertubi-tubi dalam hidup. Datang silih-berganti tanpa henti. Terkadang semua permasalahan itu membuat kita ingin menyerah begitu saja, tak ingin lagi menghadapinya atau berjuang menyelesaikannya.  Lalu bagaimana sebaiknya kita menghadapinya?
Saya tiba-tiba teringat sebuah cerita seorang nenek yang membagi sebuah petuah bijak kepada cucunya, ketika sang cucu mengeluh mengenai permasalahan hidup yang tak henti menderanya. Mendengar keluh-kesahnya, sang nenek mengajak cucunya ke dapur. Di dapur, dia langsung menyalakan kompor dan meletakkan tiga panci berisi air di atasnya, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Di panci pertama dia meletakkan wortel, di panci kedua diletakkan telur, dan di panci ketiga, berisi biji kopi. Sang nenek mengajak cucunya duduk sembari menunggu air dalam panci mendidih. Keduanya berdiam diri.
Sekitar dua puluh menit kemudian, sang nenek mematikan kompornya. Dia mengambil wortel, telur, dan kopi di tiga mangkuk yang berbeda. Setelah itu, dia pun berpaling kepada cucunya dan bertanya, “ Apa yang kamu lihat sekarang?”
“Wortel, telur, dan biji kopi,” jawab sang cucu.
Mendengar jawaban cucunya, sang nenek mengajaknya untuk mendekat ke mangkuk wortel dan memencetnya. Dari situ dia mengetahui jika wortel kini sudah empuk setelah direbus. Pun dengan telurnya, sudah mengeras setelah direbus.
Akhirnya sang cucu diminta untuk mencicipi rebusan biji kopi. Dia langsung tersenyum ketika merasakan kenikmatan rasa kopi tersebut. Tak lama kemudian, dia bertanya, “Apa inti dari semua ini, nenek?”
Sang nenek menjelaskan, jika ketiga benda yang direbus itu sudah melalui kesulitan yang sama, direbus dengan air yang mendidih, tapi hasilnya berbeda untuk setiap benda.
Wortel yang tadinya terlihat keras, kuat, dan kokoh, langsung melunak dan melemah begitu sudah melewati proses perebusan. Sementara, telur yang tadinya terlihat rapuh sampai kulitnya harus tetap melindungi isinya, kalau tak ingin pecah, menjadi kuat dan kokoh dibandingkan sebelumnya setelah direbus.
Lain lagi dengan biji kopi. Karakter benda ini unik, mereka mampu mengubah warna air setelah proses perebusan selesai. Bahkan memunculkan aroma yang sedap dan rasa yang tak kalah lezat.
“Jadi, kamu yang mana?” tanya sang nenek kepada cucunya.
“Saat kesulitan dan masalah mengetuk pintu rumahmu, bagaimana kamu meresponnya? Jadi seperti wortel, telur, atau biji kopi?” tanya sang nenek.
Pikirkan satu hal ini: Yang mana tipe saya?
Apakah saya seperti wortel yang kelihatan kuat dan kokoh, tapi penuh dengan derita dan permasalahan? Apakah aku akan melemah dan kehilangan kekuatan hidup?
Apakah saya telur yang awalnya terlihat rapuh, tapi berubah seiring dengan berjalannya proses perebusan? Apakah saya bisa menjadi kuat  dan kokoh setelah melewati percobaan, permasalahan, atau kesulitan-kesulitan lainnya? Apakah “kulit” saya terlihat rapuh dari luar, tapi di dalam saya tegar dengan semangat yang kokoh dan hati yang kuat?
Atau apakah saya seperti biji kopi? Biji yang bisa mengubah air yang mendidih, yang bisa mengubah semua proses yang menyakitkan itu? Saat air mulai mendidih, biji itu mengeluarkan aroma enak dan rasa yang lezat. Jika Anda seperti biji kopi, ketika semua situasi di sekeliling Anda berada dalam titik terbawah, Anda malah semakin membaik dan mampu mengubah semua situasi di sekitar Anda.
Saat semua permasalahan yang paling hebat dan kesulitan yang paling besar mendera Anda, apakah Anda bersedia untuk naik ke level berikutnya?(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar