Senin, 08 Agustus 2016

Jangan Malu, Pak Firman!

NAMANYA A. Firman. Biasa dipanggil Firman katanya. Dia seorang pengemudi Go-Jek, moda transportasi online yang sedang kekinian di Indonesia. Saya bertemu dengannya ketika dia menjemput saya dari sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan untuk menghadiri sebuah acara, belum lama ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dinihari saat Pak Firman menjemput saya dengan sepeda motornya. Awalnya saya ragu untuk menggunakan moda transportasi yang satu ini, apalagi pada malam hari, atau lebih tepatnya dinihari ya? Hahaha…. Namun karena teman-teman saya juga menggunakannya, akhirnya saya ikut menggunakannya.
Saat Pak Firman menghampiri saya dengan sepeda motornya, saya sempat ragu lagi. Masalahnya dia tak mengenakan atribut Go-Jek seperti yang lainnya. Dia hanya mengenakan jaket dan helm hitam. Saya pun langsung bertanya.
Kok nggak pakai atribut Go-Jek pak?”
Pak Firman tersenyum.
Enggak mbak, nanti saya ceritain di jalan.”
Entah mengapa, saya menurut saja.
Motor pun mulai berjalan dan Pak Firman mulai bercerita. Dia sebenarnya seorang karyawan di sebuah Bank Syariah di Jakarta. Karena ingin menambah penghasilan sekaligus bisa membantu orang lain, dia memutuskan untuk menjadi pengemudi Go-Jek.
Hanya saja, dia merasa malu dengan profesi sampingannya tersebut. Kali ini giliran saya yang bingung.
“Awalnya saya diajak oleh security di kantor untuk menjadi pengemudi Go-Jek, namun kami berdua sudah saling berjanji untuk tak saling ‘membuka’ rahasia ini kepada yang lain. Soalnya di kantor saya, orang-orangnya agak meremehkan profesi pengemudi ojek,” jawabnya.
Mendengar jawaban tersebut, saya masih tetap merasa bingung. Di mata saya, Pak Firman itu orang hebat. Dia rela menjadi pengemudi Go-Jek setiap harinya usai pulang bekerja untuk menambah penghasilan bulanannya guna menghidupi anak-anaknya.
“Pokoknya jangan sampai orang kantor tahu saya menjadi pengemudi Go-Jek,” kata Pak Firman lagi.
Saya mencoba mengerti. Pasti dia memiliki alasan tersendiri untuk itu. Apapun itu. Namun tetap saja pria yang tinggal di Cinere itu hebat di mata saya. Setiap Senin-Kamis, dia menjadi pengemudi Go-Jek mulai dari pulang kantor hingga pukul 23.00 WIB. Saat Jumat tiba, dia malah lebih ekstrim lagi, dia akan menarik Go-Jek hingga dinihari! Sementara saat akhir pekan tiba, hanya kadang-kadang saja dia menarik Go-Jek.
“Paling di sekitaran Cinere saja. Apalagi saya juga harus meluangkan waktu bersama anak-anak dari istri pertama saya,” katanya.
“Hah, bapak punya istri berapa?” tanya saya agak kaget.
Pak Firman tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan saya.
“Itu guyonan orang Surabaya setiap kali membahas tentang keluarga. Biasanya yang ditanya kan, punya anak berapa, bukan punya istri berapa. Kalau istri mah cuma satu kok, dan satu-satunya sejak dulu, hahahahahah….. Kalau anak, nah, itu baru dua,” jelasnya.
Saya ikut tertawa mendengar penjelasannya.Ada-ada saja.
Tak terasa, perjalanan sudah hampir sampai ke tujuan.
“Terima kasih buat obrolannya ya, pak. Terima kasih juga untuk menularkan semangatnya ke saya. Jangan malu lagi ya pak. Apa yang bapak lakukan ini hebat sekali di mata saya. Jadi semangat terus ya, pak!” kata saya.
“Wah, terima kasih juga atas obrolannya ya. Pasti mbak, yang penting halal!” pungkasnya. Semangat Pak Firman!!!!(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar